ABOUT ME & MY PAINTING

Cahya Rustiadi

Hobbi melukis sejak dari kecil. Kadang kala menggambar di bambu, kayu, kulit telor dan menggambar dinding rumah sehingga sering mendapat teguran orang tua.  Ketika usia tiga belas tahun memperdalam dunia melukis di sanggar melukis Garajas - Bulungan, Jakarta. Di tempat inilah mengenal beberapa pelukis senior dan ilustrator media terkemuka. Beberapa kali mengikuti pameran lukisan dan lomba melukis.

Pada tahun 1983 sd 1986 kuliah di Fakultas Tekhnik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta. Kemudian pada tahun 1986 pindah kuliah ke Korps Taruna Diklat AUP Jakarta jurusan Pengelolaan Sumber Daya Perairan, dengan sistem pendidikan semi militer selama tiga tahun dan tinggal di asrama. Kini Diklat AUP telah  berubah nama menjadi STP. Pendididikan ini adalah sekolah tinggi kedinasan di bawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Selesai wisuda,  tidak mendapatkan ikatan dinas sehingga tidak bekerja dibidang Kelautan. Maka  bekerja di perusahaan fashion merk Osella, Arnett, Kickers dan Pierre Cardin. Kemudian bekerja di perusahaan Rainbow Advertising - Premium Outdoor, antara lain menangani project : Billboard Lee Jeans - Great Rivers di Jalan Tol Bandara, Matahari Dept. Store di Giant Videotron - Bundaran HI, Toshiba TV commesial dll.

Tahun 1997 saat negara Indonesia mengalami krisis moneter, banyak warga kehilangan pekerjaan, termasuk saya - lost jobs. Waktu luang tersebut saya manfaatkan untuk kuliah lagi jurusan ekonomi manajemen di STIE-IBEK Jakarta.

 

Tahun 2001 sd 2007 mendirikan perusahaan yang berdomisili di Senayan - Jakarta, Effeco Communication, dengan mean bisnis dibidang advertising agency dan second line nya bidang  model artis management dan event organiser. Artis yang bekerjasama dalam management artis atau produksi iklan  adalah Rafi Ahmad, Mark Peter, Bertran Antolin, Ciccio, Mandala Sodji, Andhika Gumilang, Paundrakarna Sukmawati Soekarno Putra, Ferry Salim, Jeremi Thomas,  dan beberapa model luar negri. Event besar yang pernah dilaksanakan adalah beberapa tahun berturut turut Road Show - fashion show merk Osella dan Arnett ke 10 kota besar Indonesia. Pada tahun 2006,  Uniquely Singapore Exhibition - The Great Singapore Sale Travel Fair di kota Jambi. Dan tahun 20012 acara 50 tahun AUP-STP dengan Gerak jalan Sehat, Reuni Akbar, Pameran Industri yang dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan Golden Night Party. Tahun 2006 menikah dengan seorang Polwan, sehingga memiliki 2 orang anak.  Selama perjalanan karir, pada saat saat tertentu tetap melukis. Ada beberapa karya seni dihasilkan saat di Jakarta, Sumatra, Bali, Lombok, Jawa,  Irian Jaya atau saat traveling ke Singapore, Thailand dan Australia. Aktif dalam organisasi sosial,  budaya dan senirupa.

Pada saat ini, akhir tahun 2013, bersama dosen senior AUP - STP sedang menyusun buku sejarah 50 tahun AUP - STP.

Back to basic

Pada tahun 2011 Hasil test psykologi saya  dengan metode STIFIN menyimpulkan bahwa intisari tentang saya adalah Kecerdasan pada : INSTING yang merujuk kepada naluri sebagai INDRA KETUJUH, yang dilengkapi dengan kemampuan serba bisa. Kecerdasan tersebut dikemudikan secara otomatis sehingga  responsif, mudah beradaptasi. Spiritual yang hebat, naluri tajam, dan pandai meramal. Demikian yg tertulis dalam sertifikat hasil tes psikologi untuk saya.

Diakhir tahun 2013, saya menyadari bahwa Insting dan Indra Ketujuh adalah kekuatan diri saya. Tanpa saya sadari bahwa selama ini saya bisa meramalkan pada hal hal tertentu. Saya pelajari ada beberapa lukisan saya juga merupakan ramalan dikehidupan mendatang, seperti lukisan yang berjudul 'Anak Lelaki di Candi Borobudur', 'Wanita di Tepian Sungai' dan 'Empat Apel'.

Namun saya tak mau berpikir panjang dan lebar, kesana kemari, dengan Insting dan Indra Ketujuh saya dan kemampuan meramal. Kehidupan saya sebagai manusia biasa, dengan segala ke unikan yg terungkap atau tidak, telah banyak memberikan warna kehidupan saya dalam suka dan duka. Sudah saatnya saya  lebih memfokuskan dunia melukis, saya ingin berkarya nyata secara individu, di masa sekarang atau masa akan datang. Saya terdorong untuk lebih mensyukuri karunia Allah, meresapi alam dan kehidupan melalui kegiatan melukis sampai akhir hidup saya. Semoga akan bermanfaat untuk orang banyak.

                                                          _______________________

KISAH DAN MISTERI LUKISAN CAHYA

Lukisan 'Perpisahan Cinta Pertama'

Lukisan cat air ini dibuat saat saya kuliah arsitektur di universitas Trisakti. Saat saya berpisah dengan gadis yg merupakan cinta pertama saya. Perpisahaan yg membuat saya patah hati, begitu memilukan. Ternyata cinta bisa melabilkan seseorang atau merubah tujuan hidup seseorang bahkan merubah karakter seseorang.

Lukisan 'Anak Lelaki di Candi Borobudur'

Banyak teman mengatakan kalau anak lelaki dalam lukisan ini adalah Reza, anak tiriku. Memang wajahnya mirip Reza usia 9 - 10 tahun. Memang saya bertemu Reza ketika berumur 9 tahun. Namun  Reza lahir di tahun 1995 sedangkan lukisan ini di buat tahun 1985, saat saya masih menjadi mahasiswa arsitektur Universitas Trisakti. Lukisan ini saya buat  berdasarkan foto yg sembarang saya ketemukan. Yang jelas bukan foto Reza, karena Reza belum lahir saat lukisan ini dibuat. Namun saat saya melukis ada beberapa bagian saya rubah yakni bagian wajah dan tangan. Ternyata wajah anak lelaki dalam lukisan ini memunculkan wajah anak tiri saya 20 tahun kemudian. (JKT 25/12/13)

Lukisan 'Sendiri Sepi'

Saat kamu hadir dalam hidupku, seperti cahaya yg mengangkat diriku, seperti angin sejuk di kala gersang melanda. Namun, ada hubungan terlarang diantara kita, sehingga kita tidak dapat melakukan lebih dari itu. Kamu tidak bisa selalu ada didekatku dan kita berbeda kota tempat tinggal. Aku pun sulit menerima kehadiran orang lain dalam hatiku. Jiwamu seperti menguasai jiwaku. Kesendirianku semakin menghampakan diriku. Dan aku semakin menelanjangi diriku dalam ketidak jelasan cinta. (JKT 25/12/13)

Lukisan 'Wanita di Tepian Sungai'

Kadang kala saya suka menyendiri di Cibodas Puncak. Suatu waktu saya duduk ditepian sungai berair bening, dingin, dengan hamparan batu berlumut hijau dan daun daun semak  menyentuh tepian air sungai. Dalam keadaan hutan rimba yang hening, hanya terdengar riak air sungai diselingi siulan burung. Tiba tiba terbayang tubuh wanita langsing putih bagai mayat tergeletak lunglai ditepian sungai tersebut. Bayangan ini terus menerus menghantui saya selama saya berada disana. Kemudian saya kembali ke villa langsung saya melukis. Tentunya saya ekspresikan bayangan wanita tersebut melalui cat minyak pada kanvas. Jadilah sebuah lukisan 'Wanita di Tepian Sungai'.

Entah kenapa, sepuluh tahun kemudian terjadi pembunuhan pada adik ipar saya - wanita, mayat nya dibuang ke sungai. Kronologis kejadian pembunuhan ini mengingatkan saya pada lukisan ini. (JKT 25/12/13)

Lukisan 'Empat Apel'

Beberapa bulan sebelum saya menikah, saya melukis. Entah kenapa saya terdorong ingin melukis Apel. Dan hanya bisa melukis 4  buah Apel. Sampai sekarang anggota keluarga saya pun hanya berjumlah 4 orang. Satu buah apel kecil yakni putri saya yg masih berusia 6 tahun, sedangkan kakak nya berusia 18 tahun. Usia saya dan isteri saya mendekati 50 tahun, dan tidak mungkin isteri saya melahirkan lagi. Anggota keluarga saya tetap 4 orang, sama dengan lukisan 4 Apel yg saya buat sebelum saya menikah. (Jkt, 25/12/13)

Lukisan 'Indonesia Reformasi 1988'

Meninggalnya mahasiswa Trisakti saat melakukan demo, krisis moneter yang berkepanjangan, terjadi aksi demo besar-besaran dimana mana, teror bom mlotot dan kebakaran dibeberapa mall dan pasar sampai didudukinya Gedung MPR oleh mahasiswa mahasiswa sehingga menumbangkan rezim order baru. Maka President Soeharto menyerahkan jabatannya, lengser ke Prabon. Era orde baru berubah menjadi orde Reformasi.... Namun, sampai kini, 2013, suatu sisi reformasi memberikan pencerahan namun satu sisi memberikan kemunduran image negara dimata dunia, konflik politik yang sadis saling menjatuhkan, krisis kepemimpinan yg bernegarawan, korupsi dan KKN masih merajalela, nilai tukar rupiah terhadap dollar makin merosot dan banyak lagi masalah etika, sosial budaya tercabik-cabik.  Sejak Reformasi MPR DPR RI silih berganti diselimuti kabut, kadang putih abu abu, kadang hitam dan kadang merah membara.